Showing posts with label #novelet. Show all posts
Showing posts with label #novelet. Show all posts

Oct 23, 2015

Titik Balik

Diposkan oleh nitahakeem di 8:26:00 AM 0 komentar
"Dan pada beberapa cinta yg berakhir bahagia, diantaranya ada kisah yg belum selesai."

Ini cerita tentang dua wanita, yang saling tidak tahu, yg saling tidak memahami, namun mereka bertemu di satu titik dimana keduanya menjadi satu sama lain.
***

Aira.

"Curigain aja aku trus sampe kamu capek." 
Dalam genggaman seorang gadis berkulit kuning langsat, sebotol tembaga pocari sweat remuk. Starbucks sedang lengang sore ini, dan Aira, setelah bertemu klien memesan satu venti Latte kemudian menegak pocari sweat sesuai teorinya agak tidak kekurangan cairan setelah minum kopi krim.

Kalimat yg terngiang di kepalanya membuat hatinya meragu akan diri sendiri. Saat itu Rio mengantarnya pulang setelah perdebatan yg panjang tentang siapa yg sudah berteman di path, siapa yg sedang chat di socmed, siapa yg di follow di instagram dan banyak hal lain yg ujungnya membuat lelah. 

Membuat lelah keduanya, tapi tidak juga kunjung berakhir.

Aira ingin menikah tahun ini. Aira ingin sekali, dan dari beberapa cerita semua temanya yg mengalami masa penantian, selalu ada cerita tidak mengenakkan terkait perselingkuhan. Selalu ada cerita dimana lelaki atau perempuan gagal menikah karena salah satu tertarik dg org baru, lalu terjadi di belakang, lalu menghancurkan impian.

Lalu Aira semakin ketar ketir karena Rio tak kunjung juga melamarnya. Semakin Aira terobsesi pada konsep pernikahannya, semakin ia ingin memperkecil circle Rio agak semua berjalan sesuai rencana.

Menanyakan tentang,"kenapa kamu ga buru lamar aku?" seperti menginjak harga diri Aira meski ia penasaran, kenapa momen itu tak kunjung tiba.

Mengutarakan bahwa ia ingin menikah tahun ini, sudah, tapi Rio hanya menanggapi dg biasa.

 Apakah ada wanita lain yg mengganggu pikirannya?
***
Cinta.

Sebuah rumah tangga yang bahagia. Mereka bertemu di persimpangan, saat keduanya sudah siap menjalin kasih lagi dengan orang baru dan saling mencintai hingga Cinta mengatakan iya saat Tedy melamar.

Semua bayangan pernikahan seperti putri terealisasikan. Honeymoon keliling 10 negara eropa via tur backpaker pun dilakoni. Semua itu membuat mereka bahagia meluap2. Seperti dalam hidup hanya merekalah peran utama.

Lalu detik berganti hingga Cinta mendapati messager suaminya bertuliskan pesan, "Maaf mas sudah mengecewakan kemarin. In fact i'm still missing you."

Selingkuh text?

***
Pertengkaran lagi, tidak kunjung usai, Dimulai dg Rio menemukan mantan Aira di percakapan mereka berdua via twitter, dan semua seperti membuncah seolah salah Aira jika ia sedang mengobrol dg orang yg pernah singgah di hatinya, sedang orang yg diharapkan untuk hidup bersama, do nothing!
"Ini apa? ho? gitu? cakep dong kontak sama mantan lagi?" Rio menuangkan unek2nya.
Terkadang ketika sebuah bukti terpapar di depan, kecurigaan seorang pacar semakin menjadi. Tapi yg kali ini bukan asumsi.
"Kenapa enggak? km cemburuin aku, tapi aku ga boleh cemburuin kamu, apa2an?"
"Emang yg km cemburuin terbukti? terbukti spt mention twitter km?"
Lalu mereka menjadi dua orang yg saling fight dan merasa benar.
****

Keesokan paginya, Cinta berhasil membajak via mail gadget tersebut dari tangan sang suami dan membaca pertukaran teks melalui SMS di antara sang suami dengan perempuan yang sama. Kali ini dalam episode berjanji untuk bertemu di sebuah tempat dalam rangkaian teks yang panjang berbelit, mulai dari si perempuan berada di toilet dan bersiap-siap, penentuan lokasi pertemuan, sampai soal penjemputannya. Semua dipenuhi kata-kata “Yang”, “Love” (!), dan “Peluk”.

Dunia Cinta runtuh. Batinnya tercekat. Semua seperti mimpi. Emosi mulai meluap dimana ia siap atau tidak utk memergoki suaminya ke suatu tempat ia berjanji dengan perempuan itu.

Lalu pada sebuah hotel berbintang lima di kamar nomor 677,  malam hari pukul 10, diketuklah pintu itu dan nampak suaminya bersama wanita lain dengan kondisi amat sangat sadar.

Cinta berhenti hingga titik terendah. Cinta dalam arti sebenarnya.
***

Aira capek. Capek dg deadline yg ia berikan di tahun ini. Capek juga dg kecurigaannya menganggap bahwa Rio cuma mencari perkara utk tdk melamarnya. Dan kadang dg rasa ini, ia ingin lari. Memilih mencintai dirinya lebih besar daripada Rio, sehingga ia melepaskan Rio dan bebas dari posesif.
"Kamu yakin mau putus?" tanya Fina rekan kerja sekaligus tempat curhat kantor.
"Engga tau... cuma aku capek kayak begini terus... aku bertanya2 dia lagi apa skrg.. chat sama orang lain.. ketemuan... dan beberapa alasan dia ga mengontak aku..."
"Banyak memang kejadian sebelum masa pernikahan terjadi."
Aira tahu itu benar. Beberapa temannya pun mengalami hari2 dimana sebulan sblm pernikahan, menemukan pasangannya make out dg perempuan lain. Entah dalam posisi ditemukan, atau si laki mengaku dg sendirinya sambil menyesal dan minta maaf. 

Tapi apa sih arti maaf jikalau memang hilang kepercayaan? 
Kemudian pernikahan yg diidam2kan dan disiapkan hingga tidak tidur hilang dalam semalam.

"Menikah itu tdk mudah Aira, mungkin dia sedang mempertimbangkan itu..."

Aira mengangguk lemah. 
"Tapi mungkin juga dia ada wanita lain.. hahahahaha..."
Lalu Aira menimpuk kepala Fina dg berkas di tangannya.

***
"Dia mantan aku sebelum kita menikah." Tedy berucap pelan. Menyadari kesalahannya. Ia menceritakan segalanya. Segala hal yg sudah tidak sanggup lagi Cinta cerna. Katakan, perempuan mana yg bisa mencerna kalimat ini dalam kondisi harga dirinya terusik sebuah cinta yg belum selesai.
"Jd penasaran gitu ya? kayak apa dia skrg? ketemu lagi? lalu make out bareng? se KANGEN itu?"
Mata Cinta berapi2 di tengah situasi yg tdk bisa terelakkan lagi. 
"Awalnya tidak ada niat begitu, hanya mau bertemu untuk kedua kali."
"Tapi di kamar hotel dg sengaja??"
Wajah Cinta memerah dan Tedy memang jelas salah, hanya menutupi alibinya saja dg beberapa alasan based on awalnya dan awalnya.
Cinta menangis dalam amarahnya. Perasaan dan harga dirinya sudah meluap entah kemana hingga tidak satu kata pun terucap dari situ kecuali mengusir Tedy dari Apartment dan melayangkan surat cerai di kantor Tedy.

***
Kehilangan. Hal apa sih yg paling ditakuti manusia selain kehilangan? Kurasa tidak ada. Aira pun begitu, ketakutan kehilangan Rio dan impiannya utk menikah, membuatnya stres sendiri. Setiap kali bertemu, tangan Aira gatal utk mengecek semua aplikasi socmed di handphone Rio. Kata orang2 yg mau menikah, dia harus pintar2 menjaga calonnya, agak tidak ada khilaf menjelang pernikahan. Dan karenanya posesif itu perlu. Demi impian. Demi sebuah komitmen seumur hidup.

Jikalau pasanganmu berpikir hal yg sama.
***

Sebenernya untuk apa sebuah pernikahan?
Tedy beberapa kali menolak gugatan cerai dan bersikukuh untuk tetap bersama. Meski Tedy sudah tidak di apartment bersama, namun di beberapa malam ia datang kesana untuk mengunjungi anaknya dan beberapa malam itu pula mereka saling bertengkar.
Tedy mengatakan bahwa ia bertemu dg mantannya di kesempatan lalu saat reuni di Surabaya, dan mereka sempat beberapa kali bercerita perihal keputusannya gagal menikah. Wanita itu tiba2 menikah dg pria lain dan meninggalkan Tedy dg tanda tanya besar. Yg ternyata tanda tanya itu adalah perbedaan suku, orang tua wanita itu tidak suka dg suku Tedy dan memaksa untuk putus. Lalu ditinggalkannyalah Tedy seorang diri penuh penyesalan. Tedy bilang seandainya saat itu adalah masalah suku, ia akan datang, membuktikan bahwa suku bukanlah pantangan untuk berkeluarga, sejauh mereka bukan beda agama.
Seperti itu, cinta yg tidak selesai, dan terus menghantui kehidupan Tedy. Namun Tedy selalu berkilah mereka bertemu kali kedua di hotel adalah yg terakhir, dan tidak akan ada lagi.
"Bagaimana bisa seseorang melakukan kesalahan terhadap istrinya dan masih mau hidup bersama tanpa sedikitpun merasa bersalah?"
Cinta melamun. Di ruang kerjanya ia seperti gamang dan hening. Beberapa pekerjaan menjadi pending entah sampai batas waktu bos memarahinya. Foto yg terpampang di kubikel, kebahagiaan mereka  yg lama bahkan sudah tidak ada arti.
"Seharusnya aku tidak menikah sama sekali." Ia menitikkan air mata tanpa sadar. Sedang di ujung sana seorang pria yang sudah dikenalnya sejak sebelum Cinta menikah, melihat ratapan itu dan beranjak menghampiri mejanya.

***
"Oh my God!! so sorrryyy!!" Saat sedang di konter Body Shop Aira ditabrak oleh seorang wanita yg seumuran dgnya, sekitar 27 tahun. Parfum botol kaca yg digenggamnya pun jatuh pecah dg hampa.
Aira memandangi wanita itu dg tatapan, "siapa yg akan mengganti rugi semua ini?"
Dan para spg pun mulai memandangi mereka.
Wanita itu berinisiatif langsung ke spg tersebut, akan mengganti bayar skaligus membawa belanjaan bathroom kit-nya. Sekali lagi memohon maaf pada Aira yg sebenarnya sdg melamun saat memegang botol parfum.
"Iya gapapa mbak..."
"Maaf maaf ya...."
Aira jd tidak enak ketika perempuan itu mengganti senilai 625rb parfum mini yg dibawanya dg melamun, sehingga ia berinisiatif sedikit minta maaf pada wanita yg juga datang sendirian malam minggu ini.
"Uhm, starbucks maybe? biar ga terlalu shock mbak..." Wanita itu terkekeh, mengiyakan.
Setelah memesan dua cup venti minuman, mereka mengobrol sambil saling meminta maaf karena kelalaian berdua. Wanita ini namanya Cinta. Cantik seperti namanya, dan memang ternyata seumuran. 

Ketika mengobrol, Cinta mengangkat telepon. "Oh iya susunya ada di lemari dekat rak buku. Iya." 
"Lho, mbak sudah punya anak?" 
"Hehe iya, setaunan lebih umurnya." Aura ibu2 tidak terlihat dari badannya yg masih seukuran Aira. Tiba2 ia merasa sedih dg ukuran tubuhnya yg nanti akan bagaimana ketika beranak pinak.
"Suaminya lagi dimana? jalan2 juga?"
Cinta menampakan wajah tidak enak. Sambil sedikit tersenyum ia menjawab, "Baru bercerai sebulan lalu... finally." Ia mendesah.
"Oh maaf..."
"Enggak papa, kalo kamu sudah menikah?"
Aira menggeleng , murung, "Yah di usia seperti ini blm juga menikah saya... hahahaha..."
Cinta tertawa, "Itu bagus... saya sudah kecewa dg pernikahan yg terlalu banyak berekspektasi."
Aira merasa wanita ini masih menyimpan emosi dalam perceraiannya sehingga tidak sungkan bercerita ke orang baru. "Mbak baru nikah brp lama dulu?"
"Dua tahun pas kira2, sekitar itu saat saya masih 25 th."
No doubt di usia seperti itu wanita ingin segera menikah karena dirasa itu patokan yg ckup utk punya anak ataupun utk berkomitmen.
"Kamu kalo menikah dipikir dlu ya, jgn terburu nanti kayak saya. Ya sebenrnya saya ga terburu juga sih, cuma ya ingin menikah saja saat itu."
Tiba2 Aira tertarik dg topik yg pernah ia bahas dg teman2nya, "Mbak sblm nikah sempet ada kejadian2 aneh gak? katanya org kalau mau menikah selalu ada aja cobaan."
Cinta terkekeh,"Saya ga ada sama sekali... Lancar semuanya, seperti seolah dia jodoh saya, hehe."
Aira mendadak termenung. 
Cinta menatapnya gamang. Sepertinya ia sedikit memahami pola pikir wanita seusianya yg belum juga menikah sedangkan ia baru bercerai.

"Aira pengen segera menikah juga ya?"

Tercekat dg pertanyaan itu, Aira melonjak sambil mengelak, "Engga kok, engga."

Cinta tersenyum. Yah. Disaat org seumurannya galau belum menikah, ia justru ingin ada di posisi itu. Lebih baik ia belum menikah di usia 27 tahun, daripada bercerai di titik ini.

"Menikah itu keputusan besar, Aira... saya pun dulu begitu."

"Mbak merasa salah dg pernikahan?"

"Mungkin skrg saya ga pengen menikah lagi ya, karena baru mengalami hal yg luar biasa."

Aira agak ragu mau bertanya tapi mulutnya sdah keburu penasaran,"Kenapa mbak?" Lalu ia menutupi mulut dalam hati, kenapa tidak bisa menutupi hasrat ingin tahunya.

"I found out my husband cheating on me." Cinta mengungkapkan, "First on the text messages, then at the hotel. With the same person."

Bagaimana bisa membayangkan cinta yg baru dirujuk setahun dalam bingkai pernikahan berakhir secepat itu karena orang ketiga.

"Kukira cuma selingkuh text biasa, orang kantor ngefans suami, ternyata bukan. Ternyata itu mantan dia waktu kuliah."

Aira tercekat. Too rude to be listened.

"Bodohnya adalah, aku membalasnya, i made out with my office partner, hanya utk membuat perasaanku lebih baik sejak diselingkuhi. Seperti seolah satu sama." Cinta sedikit berkaca-kaca, "but it doesnt change anything, malah membuatku makin merasa sampah..." 

Dan yg paling parah ketika melakukan kesalahan itu dan melihat mata buah hati nya yg masih bayi membuatnya semakin menjadi jadi. Membuatnya seperti orang bodoh di dunia yg percaya bahwa cinta bisa ditambal.

Cinta ga bisa ditambal dg orang lain, meski sebegitu sakitnya. Harus orang yg membuat lubang yg menambalnya. Berbeda lagi ketika cinta sudah berubah jadi benci.

Maka semua tambalan akan percuma.

"Suami mbak tau kalo mbak membalasnya?"
"Engga, dia ga tau, itu beberapa kali terjadi di belakang dia setelah aku mergokin mereka."
"Kenapa ga bilang sama dia mbak?"
"Yah... buat apa, sayang... utk membuat dia lebih baik dg selingkuhannya? jd bs satu sama?"

Memang di dunia ini ada hal2 yg ga perlu diungkapkan utk tidak menyakiti satu sama lain. Kalau kita selingkuh di belakang, dg harapan ga menyakiti pasangan kita dan akhirnya ketahuan? Bukan masalah lebih sakit yg mana. Tapi karena sama sakitnya jd lebih baik, apapun itu, tahu dari awal.

Mungkin Aira terlalu polos... terlalu culun untuk tahu hal2 seperti itu...

Semakin kita mencintai semakin cemas hati ini.

Ini adalah kisah dimana dua wanita bertemu, yang satu berada dalam ketidakpastian pernikahan, yang satu sudah ada dalam kegetiran pernikahan. Sebuah case yang berbeda namun sama, karena sebuah cinta yg ada dalam pikiran membuat cobaan terasa memberatkan.

Cinta bukan dalam pikiran, tetapi di dalam hati. Ini bukan tentang siapa yg lebih mencintai, siapa yg lebih menyesal. Tapi tentang siapa yang akan memberi.

***
Beberapa hari ini Aira murung. Kepalanya berat dengan pikiran. Pertemuan beberapa hari lalu membuatnya sadar bahwa ada hal2 besar yg ia luput selain bagaimana ia dan Rio akan melanjutkan hubungan ini. 

Bagaimana Aira akan memberikan konsep pernikahannya kepada Rio dan membuat Rio tetap stay di tempat bersamanya di pelaminan.

Ada hal2 yg tidak bisa lepas dari namanya cobaan, bahkan sebelum pernikahan atau setelah pernikahan.

Mencintai dengan hati. Bukan dg pikiran. "Dont make a decision about the idea of falling in love."

Hubungan ini tidak bisa berlanjut begitu saja dg cara seperti ini. 

"Kamu diam lagi, kali ini siapa yg km pendam curiganya?" Rio mengeluh di dalam mobil. Sekitar satu jam berpacu dg macet Jakarta membuatnya bosan karena mereka tidak bicara hingga sudah sampai di Plaza Semanggi.
"Rio, boleh minta stay sbentar disini?" Aira sedikit melembut. Saat ini mereka di dalam mobil di parkiran basement plaza. Aira mencondongkan tubuhnya ke arah kemudia, menatap Rio dalam-dalam.
"Ada apa?" Rio diam memerhatikan mimik wajah pacarnya.
Aira memegang tangan Rio dan meletakkannya di paha. Menggenggamnya erat.
Aira rasa ini saatnya ia mengakhiri semua kegelisahannya. Ia rasa ia harus memilih untuk mencintai dirinya, melepaskan kecurigaannya dan menyerah pada Rio.
 
"Membayangkan nikah sama kamu, membuat aku stres beberapa kali. Membuat aku posesif. Membuat aku takut kehilangan kamu." Aira menunduk. Tidak sebernyali itu menatap mata Rio agar kata2nya tidak hilang ditelan suara. "Aku takut kamu cuma bermain aja sama aku, ga serius, lalu ninggalin aku sama orang lain... sama seperti beberapa cerita teman kita sblm pernikahan," suaranya mulai tertahan-tahan karena gusar, "tapi aku baru sadar kalau... bukan hanya sebelum pernikahan, tapi setelah pernikahan pun km bisa saja ninggalin aku."

Rio melihat pacarnya mulai sesenggukan dan meraih pipi Aira untuk menengadah. "Kamu bicara apa sih?"

"I'm done Rio... i'm done imagine my marriage." Aira menangis kali ini, di depan mata Rio."Mungkin km ga sesiap aku. Dan aku membuat kamu ga nyaman karena posesif, so... i set you free... from now."

"Aku maunya kalaupun kamu menikah sama aku, itu karena km stay untk aku dari diri kamu sendiri... bukan karena km tidak bisa bergerak untuk ninggalin aku..." Aira menitik ,"I hope you stay right there... just because you want it to be."

Rio tidak bisa berkata2. Seperti apa ia membuat pacarnya tersiksa selama ini hingga harus seolah meminta putus?

Mendengus. Rio kehilangan napas dg kata2 nya, ia merogoh isi tas dan mengeluarkan sekotak kecil. "There is no one else, Aira..." Kotak itu dibukanya dan satu cincin utk jari manis Aira bersinar disitu. "I just need some moment to propose."
****

Malam itu Cinta pulang ke rumahnya, dan mendapati Tedy tengah menggendong anak mereka yg tertidur. 
"Aku kira kamu sudah ga akan menginjakkan kaki disini lagi." Cinta membuat statement kecut.

"Kamu pergi kemana saja? ga merhatiin anak kamu."

Karena setiap melihat anak lelaki itu ia ingat cintanya pada Tedy yg begitu besar dan hilang seketika saat ada wanita lain disana.
Cinta mengeluarkan sedikit air mata jika mengingat masa itu tapi ia tahan dg keras, "Kamu bawa saja dia, aku bisa sendiri kok."

Karena cinta yg begitu besar akan berubah jadi benci ketika nila setitik.

Tedy menidurkan anaknya di kasur apartment mereka. Anak itu suatu saat akan besar dg cepat, seperti anak kecil lainnya yg mudah sekali menjadi besar. Sayangnya Tedy dan Cinta tidak bisa bersama 24 jam untuk menatap buah hatinya.

"Kamu tau kan kalau aku menolak gugatan cerai kamu?"

"Kita sudah bercerai Ted, bagiku sudah."

"Kamu sudah menyiapkan diri untuk moving on gitu?"

"Moving on? oh jelas Ted. Aku ga akan seperti kamu... yg ga move on dari mantan kamu hingga terjadi perceraian ini."

Tedy menatap lamat wanita yg masih berstatus istrinya, yg ia nikahi dg sepenuh jiwa, yg entah kenapa ia sakiti hanya dalam satu kali perbuatan. 

"Dulu ada seorang wanita yg bilang padaku, cewek itu ga butuh cowok, lihat saja ketika bercerai paling banyak cowo mudah sekali menikah krn mereka butuh cewe." Kata Tedy, "Tapi cewe beda, dia bisa hidup sendiri, dia hanya akan menikah ketika ia membutuhkan seseorang utk mengisi rahimnya, memberi keturunan."

Hening antara mereka. 
"Apa kamu sudah ga butuh Kahl?"

Cinta menangis. Membelakangi Tedy dalam dekapan tangannya sendiri. Ia mencintai Kahl, sama seperti mencintai ayahnya. Tapi ia tidak sekuat itu utk menerima bahwa cobaan ini terlalu berat. Mencintai seseorang yg tak ada habisnya lalu disakiti oleh satu wanita dg beberapa kisah cinta yg tidak selesai.

"I do make out." kata Cinta tiba2, "di hari kamu membohongi aku, aku pun melakukan hal yg sama dg orang lain, for more than once."

dan kamu tahu bahwa melakukan hal yg sama tidak akan membuatmu merasa hebat bukan? ketika sengaja move on dg cara2 pembalasan, semakin membuat hati dan diri menjadi lebih buruk.

Tedy tercengang. "Oh..." dia hanya mengungkapkan itu.

Apartment Kalibata hanya menuangkan gelap cahaya pada masing2 lampu kamar. Tidak ada hingar bingar di apartmen lama yg sudah mereka beli sejak sebelum menikah. Demi mempersiapkan semuanya. Mengumpulkan pundi2 demi hidup berdua, tanpa bantuan orangtua.
"Ternyata begitu rasanya," ia memegangi dadanya, "mendengar istri kamu having fun dg orang lain."

Rasanya seperti sesuatu mengguncang isi kepala dan mengorek isi dada.

"Kamu ga menyesal?" tanya Tedy, "Kalo aku, aku menyesal."

"Aku menyesal, karena itu aku harus bercerai supaya aku bisa ga bertemu kamu lagi."

Tedy mengangguk. Mengerti. "Ya, fine..."

"Pulanglah... "

Tedy mengambil jaket dan memakainya, "Ya, aku pulang." Ia melangkah ke luar apartment, melangkahi punggung Cinta yg masih sesak napas. 

Langkahnya terhenti ketika ia akan memasang sepatu. "Ternyata begini ya rasanya dikhianati..." Tedy memegang kepalanya. Tertawa sinis. "Sepertinya seolah kemarin aku saja yg melakukan kesalahan, Tapi kesalahan yg membuat kamu make out dg orang lain tanpa emosi membuat aku semakin buruk."

Cinta menoleh memandangnya, dan mereka berdua bertemu di satu line mata. 
"Dulu aku menikah sama kamu, untuk hidup sama kamu... dan sampai sekarangpun, aku rasa, aku ga bisa hidup tanpa kamu."

Tedy memasang sepatunya. Membuka pintu, dan pergi. 

Cinta mengucurkan sederas deras airmata yg bisa ia keluarkan, untuk menahan rasa sakit hatinya. Untuk meluapkan cintanya yg pupus tanpa harapan. Ia terjatuh. Menatap wajah Kahl yg tertidur dan menyadari bahwa cintanya lebih nyata. Ada di depan mata.
***

Siang hari saat Aira mengunyah roti gandumnya di meja kerja ia mendengar suara berisik kasak kusuk dari ruangan lain. Sebagai editor perusahaan penerbit novel terjemahan hal ini mengganggu konsentrasinya. Fina yang tadinya ada di sebelahnya berkonsentrasipun membuka pintu ruangan untuk melihat apa yang menjadi kasak kusuk di luar.
Di depan wajah Finna muncul sekotak pizza beserta driver gojek. Masuk menyelonong ke ruangan editor. 
Ada lagi. Ada lagi. Masuk satu persatu karyawan berjaket hijau itu berjumlah 7.
Mata Aira melotot. Banyaak banget. Masing2 membawa Pizza Hut Delivery di tangannya dan di depan Aira. Mendadak kotakan big size itu berbalik dan masing2 memperlihatkan huruf yg ada di kotak depannya.

M-a-r-r-y M-e

Sebuah kalimat perintah. Tanpa tanda tanya di belakangnya.

 Rio muncul dari belakang para driver tersebut, membawa buket bunga. Kemudian siapapun tahu kelanjutan apa yg terjadi.

***

Tedy bermaksud menandatangi surat persetujuan cerai yg diajukan Cinta. Lamat ia menatap cincin pernikahan mereka di tangan. Memang ketika berbuat kesalahan, godaan itu begitu besar hingga membuatnya lupa bahwa tidak ada penyesalan di awal.

Ia menyadari bahwa di saat tertentu hatinya mengarahkan ke godaan lain. Tapi bukan berarti saat itu hatinya berubah.

Seharusnya ia bertahan. Sebagaimanapun pertengkaran ini seharusnya ia bertahan utk terus berdamai dg istrinya. No matter how hard things get. Tapi melihat Cinta bersikukuh, ia tidak tega utk bertahan dari perceraian.

Telepon masuk berdering dari operator, ada Cinta sedang di lobi, meminta untuk bertemu. Tedy segera lari ke bawah. Tak lupa ia membawa surat cerai itu.

Cinta menunggu di lobi. Menanti kedatangan lelaki yg masih suaminya duduk di depan sofa yg ia tatap. Tedy muncul dg seberkas amplop coklat yg ia terka adalah surat cerai. Jadi Tedy sudah siap berpisah...

"Ya?"

Tedy duduk di depan Cinta yg meminum orange jus dg posisi kaki disilang.

"Sudah siap tanda tangan?"

Tedy melenguh. Mulutnya ingin berkata tidak tapi..."Iya.."

"Tedy aku mau tanya... apa value aku di mata kamu?" Cinta mengerutkan alisnya. "Aku gabisa masak, gabisa bersih2 rumah, gabisa juga mengurus Kahl dg benar. Bahkan airsusu aku tidak keluar."

"Haha... " Tedy tertawa sinis. "Kamu sedang memaksa aku setuju dg tanda tangan ini? Ga usah membahas seolah km buruk supaya aku mau tandatangi ini, sudah aku lakukan." Tedy menyodorkan amplop itu ke tengah meja dg keras. 

"Bukan, aku mau tanya kenapa kamu menikahi aku..." Cinta serius. Kali ini ia berani dg tegas menatap mata Tedy.

"Oh... seriously ini ga perlu," Tedy bicara, "Lakukan saja apa mau kamu lah." Tedy hampir beranjak tapi Cinta berteriak.

"Sakit kan Tedy? Tau bahwa orang yg kamu percayai menyentuh orang lain?  Sakitnya sampai menyesal kenapa dulu tidak ada yg membuat pernikahan kita batal."

Tedy duduk lagi. "Aku menikah dg kamu karena cuma kamu yg ga meninggalkan aku disaat semua yg aku lalui begitu berat." Ia menengadah, berusaha menahan getir yg ingin ia luapkan agar tidak tumpah begitu saja di tempat umum. "Dan di saat itu... di saat itu... " Ia ingat saat dimana ia merintis bisnis untuk menjadi pengusaha segala macam hal sudah dilaluinya. Mulai dari dihina orang tua, diremehkan, di tipu. Tapi semua itu dilaluinya dg Cinta. Yang membuatnya semakin kuat bahkan hingga menjelang pernikahan.

Tedy tak kuasa membendung airmata hingga wajahnya memerah.

"Di saat itu bagaimanapun aku, kamu ga meninggalkan aku." Tedy menunduk, menutupi wajahnya sebelah. "Hingga aku mengecewakan kamu dan Kahl."

Ada beberapa kesalahan di dunia ini yang ga bisa di maafkan. Perselingkuhan misalnya. Mungkin termaafkan tapi tidak terlupakan. Cinta sadar, jika hanya berbekal rasa, semuanya akan habis dalam 10 sampai 20 tahun ke depan. 

Tapi perceraian bukan satu2nya jalan mengakhiri sakit hati.

Maka Cinta merobek amplop panjang coklat itu dan memberikannya pada Tedy.
"Kita selesaikan dengan dewasa." Ia mengulurkan tangan kepada Tedy, tersenyum dg mata berkaca2.



May 9, 2015

That Faith #cerpen #novelet

Diposkan oleh nitahakeem di 9:46:00 AM 0 komentar
"Someone maybe always stay in your heart, but not in your life."





Chessy memberantakkan rambutnya di depan kaca mobil tempat ia sedang parkir seorang diri. Selagi berkunjung ke Landmark Mall di Surabaya Utara, ia melihat sesosok pria lama yg sudah menggandeng tangan wanita lain. Keinginan nonton The Hobbit pun sirna dan berganti haluan ke lahan parkir utk berpindah destinasi.

Tapi apa mau dikata mood pun terjun bebas. Seorang penulis rubrik solving remaja wanita itu akhirnya tidak bisa menyelesaikan masalah yg ada di hatinya.

***
"Kayaknya kita harus ganti kolom yg ini deh.." team leader majalah menaikkan alis melihat komposisi rubrik mereka setelah perayaan ulang tahun kedua puluh tahun.
"Aku pengen sesuatu yg baru..."
Chessy melamun di sudut meja sambil mendengarkan samar2 suara bos nya mencari ide baru.
"Ada rubrik yg perlu diganti chessy?"
Semua mata mengarah padanya.
"Oh! mungkin tanya jawab seputar masalah remaja bisa ditambah kuota?"
"It just nonsense chessy..." TL nampak tidak tertarik.
"Pikirkan yg lain,minggu depan kabari saya. Kalian juga." Lalu rapat berakhir.

***
Memang bener sih, kadang orang yang bilang enggak akan ninggalin kamu itu justru orang yg ninggalin kamu duluan. Dan begitulah namanya phrase, setiap motif seseorang berhubungan ada banyak frase dalam hidupnya. Katanya jangan kawatir dg "hard times" karena semua orang butuh grow up dari kesalahan dan sakit.

Chessy melongok dari meja cafe tempat dia membaca novel sejak satu jam yang lalu. Seorang pria sudah datang di depan dia memperkenalkan diri.
"Ya, chessy?"
"Iya... kamu ichwan kan?"
Mereka berbasa basi sebentar. "Sudah lama disini?"
Chessy menunjuk pada kopinya yg sudah habis segelas.
"Oh maaf tapi bukannya ortu kita janjian memang jam sgini?"
"Gapapa, aku emang suka in time..."
Pertemuan ini entah yang keberapa kali kalau Chessy bisa menghitung berapa teman lelakinya yang baru dari perjodohan orangtuanya sejak ia tidak bersama Andre -lelaki yg ia temui tempo hari di Landmark Mall-
"Kamu kapan siap nikah?"
Burssssttt! Chessy menyemburkan kopinya ke muka Ichwan.
Diantara para lelaki, ini yang paling ga masuk akal memulai pembicaraan.
Ichwan melap wajahnya yg lengket. "Sori kamu kaget ya."
"Kamu masih terlalu muda buat tanya itu tauu gaa..."
"Lah kenapa? aku 26... kalo ga salah kamu 24... udah cukup ah."
Chessy memutar matanya, ini lelaki antimainstream di jaman seperti ini.
"Kamu ga kepengen beli ninja 250? kamera slr terbaru? atau go pro 3 gitu mumpung masih muda?"
Ichwan tertawa mengejek, "Knp? kamu pengen?"
"Bukan gitu sih, cuma kan nikah itu butuh persiapan mental dan ego sama duniawi kudu dikesampingkan, aneh aja kamu masi segini, tau2 udah nanya nikah."
"Ya toh aku juga tau kamu ga akan jawab besok. Paling 2 taun lagi. Hahahahha."
Lalu entah kenapa Chessy jadi jengkel dengan lelaki ini.
****
Keesokannya ketika Chessy akan berangkat ke kantor di arah Mayjend Sungkono, pria itu muncul depan pagar rumahnya. "Hei, udah aku tungguin."
Chessy melongo. Tangannya menunjuk hidungnya dan hidung Ichwan dr jauh.
Chessy lalu menuju ke motor vario Ichwan yang hitam mulus macem habis dikilat.
"Jadi gimana?"
"Gimana apanya?"
"Itu, dua taun lagi gimana...?"
"Apaan sih!" Chessy mengeplak helm Ichwan, masih tidak habis pikir orang ini gimana.
Sesampainya di kantor, Chessy memberi ultimatum,"Gausah begini lagi deh, aneh tau ga, kita baru kenal."
Ichwan berkata,"Iya ... tapi aku tau, orangnya kamu."
Arggghh... Chessy dongkol dalam hati. "Deh kamu tau apa sih ttg nikah ama relationship? kamu tuh cuma hasil dari jodohan mama aku aja, yg biasanya justru cuma jd temen.. jadi kamu mending ga perlu seniat ini. Aku blm berniat kok."
Ichwan menaikkan alis."Ya benar juga... hmm... "
Kok ini orang diem aja sih gumam ga ada bales omongan, Chessy makin kesel."Apa? respon dong respon maunya kamu gimana?"
Ichwan tersenyum tanpa menatap Chessy. "Maunya aku? i prefer losing my argument than losing you as my wishes partner."
Lalu motor berlaju kencang, meninggalkan Chessy yang masih terdiam menganga diantara debu jalanan surabaya yang naik ke permukaan.
***
"Jadii apaaa???" bos menunjuk2 anak buahnya yang tidak ada inisiatif baru untuk tender pemasangan iklan yg fresh dan rubrik kolom yang makin membosankan. Chessy makin stres di kantor. Dirumah pusing mikirin patah hatinya yang lama, di kantor pusing sama bos, di luar pusing sama Ichwan yang terus muncul.
Tapi setelah hari itu dimana Chessy bicara agak keras, lelaki itu mulai tidak kelihatan. Entah kenapa.
Dia tersinggung apa?
Katanya takut kehilangan. Kok ga muncul?
Chessy membenamkan kepalanya sendiri di wastafel kamar mandi. Mengutuki dirinya yang memikirkan lelaki baru itu.

Hari itu Chessy pernah berikrar pada dirinya sudah tidak berniat mencari lagi lelaki utk jadi pasangan hidup. Cukup capek dengan masa yg pernah ia rajut dg Andre, seseorang yg selalu bilang "aku ga akan ninggalin kamu." tapi ia justru yg pertama pergi. Seseorang pertama juga yang mengatakan ingin hidup bersama, tapi justru menghancurkan. 

Sometimes, Chessy benci jatuh cinta. Atau bahkan berpikir ia akan jatuh cinta itu nonsense.

Chessy melihat hp nya, kalau tidak salah ia pernah bertukar no telepon dg Ichwan.
***
Yang susah itu menahan gengsi untuk menghubungi lebih dulu. Chessy sudah mendarat di Cafe Dante Sutos dan duduk diantara sedikit orang yang ada disini jam makan siang. 
Hubungi enggak ya hubungi enggak ya. 
Ah enggak usah!
Chessy berbalik dan melihat sosok lelaki bernama Andre, dengan pacarnya. Andre menatapnya kebetulan juga dan menyapa.
"Heii!"
Chessy mengutuki matanya yg melihat berbalik ke belakang. "Sama siapa?"
"Sendiri aja."
"Mau makan siang sama2?" 
"Oh enggak , makasih udah dipanggil bos suruh balik hehe..."
Ini orang satu entah ga punya perasaan atau berasa ga pernah terjadi apa2 antara mereka, yg pasti Chessy ingin enyah dari sini.
Ia lalu beranjak pergi dan keluar menghubungi Ichwan, melupakan gengsinya yang tinggi.
"Kamu dimana?"
"Kantor. Ada apaan, tumben..."
Lalu telpon ditutup oleh Chessy. Ia bingung lagi, untuk apa menghubungi orang itu disaat hatinya kacau. Mencari perlindungan?
****

Bagaimana kamu masih bisa mencintai seseorang yg kamu khianati?

Bagaimana kamu masih bisa menatap dia tanpa terbayang kesalahanmu?

Dan bagaimana bisa Andre melakukannya, lalu bersikap seolah tidak terjadi apa2 ketika mereka bertemu.

Chessy menatap layar beradiasi dengan mata memicing silau. Ia lupa kacamata ditinggal pada rak atas buku bacaan. Maka hari dimana ia bertemu Andre yg telah melakukan semua yg diatas itu membuat suasana hatinya makin buruk. Dan memikirkan bagaimana ia akan bersikap dg Ichwan, membuatnya makin buruk luar biasa. Apakah, apakah iya dalam dua tahun ke depan Ichwan tidak akan melakukan hal yang sama. Trauma itu jauh lebih besar daripada harapan utk menikah sama sekali.

***

Beberapa hari kemudian, hingga seterusnya Chessy menghentikan circle yang membuatnya harus bertemu Ichwan. Ia berusaha tidak berada di lingkar dimana Ichwan ada atau lewat. Membuat dirinya sibuk dan hilang begitu saja.

Ichwan seperti biasa selalu iseng ke rumah, tapi tidak bisa bertemu Chessy. Hingga saat tiba dimana Chessy memulai kopi daratnya dg jodoh dari mamanya lagi. Di sebuah cafe di bilangan klampis, De Mandailing sambil memesan Chicken Curry Katsu yg nomer satu rasanya, ia mengobrol dg seorang lelaki bernama Ega. 

Pembicaraan berangsur cocok. Tapi Chessy merasakan satu hal yang terlalu sama antara lelaki satu dengan lelaki lainnya kecuali Ichwan. Semuanya seru, Ichwan ga seru, tapi Ichwan kasih sesuatu yg baru di awal pertemuan. Yang rasanya Chessy takut menerka isi hatinya.

Maka semakin kamu memikirkan orang. Semakin itu pula kamu gatau kapan saja orang itu tiba2 muncul di circle kamu.

Ichwan pun datang bersama seorang lelaki, temannya, membuka pintu lobby De'mandailing. Matanya menyusur menatap ruangan dan menemukan mata Chessy membelalak.

Ichwan memberi isyarat ke temannya dan beranjak ke arah Chessy. Ia melihat lelaki disampingnya dan peka apa yang sedang terjadi. Perjodohan lagi.

"Mungkin aku sama aja yah sama lelaki yang dijodohin mama kamu. Tapi, seharusnya selama ini kamu ga perlu menjauh, karena aku sudah tau caranya mundur..."

Pelan Ichwan mengatakannya, tapi Chessy merasakan derit di hatinya yang tidak bisa berucap isi hati dan melihat Ichwan pergi dengan wajah masam. 

Apa yang kamu takutkan Chessy? Jatuh cinta pada salah satu pilihan? Atau dikhianati ketika kamu sudah memilih dia?

Lalu Chessy serasa semburat.

***
Hari hujan, Chessy membuat artikel jawaban dari seorang abg di rubrik majalah. Seorang abg yang galau menentukan ia akan menikah muda di usia 20an atau bekerja dulu dan menikah nanti. Chessy tertawa. Iya, dia dulu mencintai seseorang hingga ingin menikah selepas kuliah. Tapi lalu dia hancur karena ada sesuatu yang tidak bisa kamu pegang meskipun seberapa kuat kamu berusaha.... Takdir.

Chessy melihat ke arah jendela. Siapa jodoh saya ya Tuhan?

dan apakah sesusah ini untuk mempercayai takdir yang Kau beri?

Airmata menyeruak di pipinya.

Tangannya mengetik, "Percaya bahwa takdir akan membawa kamu ke rejeki yang baik ketika kamu menemukan seseorang yang ingin kamu miliki."

Lalu laptop ditutup oleh Chessy dan ia pergi.

Ia datang ke kantor Ichwan dengan membawa seporsi kotakan kebab frozen. Tidak tau ada angin apa, ia ingin membawa ini meski belum tau apa selera Ichwan,tapi ia merasa siapa sih engga suka kebab? siapa juga yang akan menolak makanan enak ini untuk sebuah perut lelaki? dan juga... hmm permintaan maaf.

Ia mencari Ichwan di kantor nya Esa Sampurna dan teman2 nya mengatakan siang lelaki itu biasa ngendon di rooftop. Ia naik ke lantai paling atas Esa Sampurna dan menemukan Ichwan di tengah gumpalan asap rokok. Sedangkan napas Chessy sudah wassalam capek.

"Hei!"
Yang dipanggil menoleh dan kaget hingga puntung rokoknya jatuh.

"Apa??"

Angin sedang bergerak kencang saat itu diatas rooftop, begitupula dengan helikopter pemilik gedung yang biasa putar balik Jakarta-Surabaya dg jet pribadi. 

Chessy menyodorkan kebabnya kepada Ichwan. "Ini buat mama kamu."

he mama kamu? Chessy menggigit bibirnya. Gengsi masih bertaut untuk mengatakan personal itu utk Ichwan.

Ichwan hanya menatap longo. Sambil menerima isi kebabnya. "Oke aku sampaikan."

Chessy membuka mulutnya perlahan. Iya ini dia Ches. Say that you want him.

"Bilang sama mama kamu, kalo aku ga mau nunggu dua tahun lagi."

Ichwan melongo. Sebagaimana ia belum ngeh dan peka.

Chessy membuka mulut lagi. "....maksudnya, kalo kamu yang datang utk melam... eh... ke rumah aku." Chessy memerah.

Ichwan juga.

Chessy lalu merasa ia terlalu agresif bicara seperti ini, lalu ia berbalik.

"Aku pergi dulu ya!!!"

Ichwan tidak mencegahnya. Ia hanya tersenyum di belakang Chessy.
"I will."
Chessy mendengarnya lamat diiringi desahan angin berhembus. Ia tersenyum manis. Lalu beranjak pergi kembali dari rooftop.

 

**Gregarious Angel** Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea