Nayla menanggalkan syalnya yg sudah dipakai seharian. Menatap langit malam berbintang. Romannya membisu. Berharap ketika ia menutup mata, apa yang ada di depannya berubah. Berubah seperti apa yang ia rencanakan sejak jauh hari. Sejak hari dimana ia bertemu orang itu.
"Kenapa engga bisa lagi?"
"Kita terlalu sama... semuanya jadi hambar," Dion berdecak,"Kamu bisa dapet yg lebih dari aku."
Klise. Kalimat klise yg selalu keluar dari mulut seorang yang akan pergi meninggalkan kisah lama.
Dan beberapa hari kemudian isi social media sudah ada Dion dan seorang wanita, wanita yang sama seperti yg pernah Nayla kenal sebagai teman dekat Dion di kantor.
***
Meeting bulanan hampir menyempitkan isi pikiran. Untuk perusahaan advertising pada hari seperti ini di saat momen ulang tahun Surabaya banyak sekali iklan diskon berbondong wajib cetak dan beberapa showroom menawarkan cashback via kupon advertising. Nayla mencetak banyak pamflet yg akan disebar ke seantero kota. Diiringi bunyi berisik mesin fotokopi dan fax.
"Nay! emailll!"
"Pembukuan kemarin sudah belum??"
"Jadwal poster mana? manaaa?"
Nayla menggeleng kepala. Dia rasa dia butuh liburan utk saat seperti ini. Sudah enam bulan berlalu sejak renovasi hati.
Namun masih saja hati ini tidak bisa menerima orang baru.
"Ambil aja cuti..." seorang teman menyarankan padanya. Masih ada yg harus dipikirkan. Tapi semakin berpikir dia tau solusi semakin tidak datang. Terutama ketika surat undangan nikah Dion datang di meja.
***
Hari ini masih seperti dua tahun lalu, bedanya di sebuah sudut disneyland seorang Nayla yg telah dipromote menjadi editor majalah traveling berada di sisi pojok sebuah resto dengan laptopnya. Sedang serius mereview tempat baru di sekitar Disneyland, Japan.
Horizon Bay restaurant saat itu sedang sepi, dengan 3000 yen setiap pengunjung mendapatkan satu lunch set menu yang berisi nasi, daging steak, sayuran dan minuman teh hijau ala kadarnya. Di hari Minggu seperti ini saat orang lain berlibur, Nayla bekerja meneliti semua sudut yang ada di sekitar Japan agar sekembalinya ke Indonesia ia dapat memberikan artikel fresh from the oven.
Semua orang sedang sibuk berfoto dengan tokoh disney yang ada di dalam Horizon Bay.. mulai guffi, mickey hingga donald duck. Boneka yg berisi orang didalamnya itu mengitari restoran dengan lincah dan mengajak berbincang setiap tamu yang lalu lalang mengantri pesanan. Terutama ketika anak kecil melambai-lambai ingin berkenalan. Bersamaan dengan itu seorang bapak menghampiri Nayla yg sedang serius di depan laptopnya.
"Bisa gabung non?"
Nayla mempersilahkan bapak berwajah chinese itu dan melongok sebelumnya, menyadari bapak itu berbahasa indonesia.
"Indonesian Tionghoa?"
si bapak mengangguk sembari tersenyum. Beliau mengeluarkan rokok elektriknya sebelum Nayla memberikan tanda "no smoke here"
"Oh okay..." si bapak menurunkan lagi isapannya yg batal karena sekeliling banyak keluarga sedang makan siang."Aku lagi nunggu anak dan istri aku main di sebelah non, jadi makan disini. Kamu?"
"Kerja pak." Nayla tersenyum menceritakan pekerjaannya yang hectic sebagai editor, dan beberapa episode perjalanan karirnya yang bermulai di dunia advertising.
Sampai pembicaraan beralih pada pertanyaan bapak,"Pacar atau tunangan gimana ditinggal di Indo sebulan?"
Nayla tersenyum kecut. Ia menggeleng. Sambil masih melanjutkan review di laptopnya ia berkata,"Engga ada waktu buat saya utk berpasangan..." Ia tertawa kecil."Hidup saya yang begini ini sudah menjanjikan."
"So, are you happy now?"
Nayla tertegun. Perempuan 27 tahun. Gaji bolehlah di Jakarta -yg mana homebasenya sekarang- sbg editor traveller diatas 6 juta, exclude insentif yang tentunya bisa memberi dia profit jalan2 keluar dan minimal bisa beli KateSpade dg limit kartu kredit yg bombastis.
"I'm the matter of happines." Nayla nyengir kecil. "I dont know why people married in a hurry."
Bapak itu ikutan nyengir. "Saya juga gatau, karena itu saya baru menikah."
Nayla tersedak teh hijaunya. "What?"
"Yes. Saya 55 tahun dan baru menikah pertama kali dg wanita 47 tahun yg sedang saya ajak kesini itu."
"Sooo... why??"
Bapak itu tertawa lebar. "Saya kerja di multinasional company. Everythings goin perfect, saya mau apa saya bisa. Perempuan mana saya bisa juga. Saya toh tipe lelaki yg ramah spt saat pertama bertemu kamu begini."
Nayla manggut2. Bapak ini termasuk ramah kepada org baru dikenal dan perawakannya memang masih sehat sekali.
"Saya ga ada anak, dan emang ga rencana buat... sudah terlambat lah.." Ia tertawa lagi.
"So, why did you married? di penghujung usia seperti ini pula..."
Bapak itu diam sebentar, memperhatikan ice green tea latte di depannya sambil tersenyum. "Karena... dua lebih baik daripada satu."
***
Nayla keluar dari arena Disneysea yang penuh dengan turis berbagai negara dan tokoh disney yang melambai2 bersalaman. Banyak balon udara di atas puri disney. Ia memesan satu saja balon dengan permen gulali merah putih. Pikirannya berkisar ke Indonesia lagi.
Ia sempat berpikir untuk pergi dari negara yang sudah membesarkannya lama untuk menghindari banyak pertanyaan orang tentang pernikahan, yang mana sudah menjadi hal yg mati rasa.
Tapi bapak tadi, he said he is James, menyadarkannya pada satu hal.
"Menyenangkan wanita manapun bisa, tapi ketika kamu sadar mereka itu berbeda2, kamu ga menemukan makna bahagia yang sesungguhnya. Makna bahwa kamu hidup utk memberi terbaik dari kamu untuk satu orang. Untuk menyenangkan hanya satu orang. Jodoh kamu satu, dimanapun dia berada."
"Why people married? Just because two people is better than one person in life."
Mereka yang menikah bukan karena mereka berbeda, bukan karena mereka sama. Tapi karena dengan berdua, mereka bisa bersinergi, bisa menjadi lebih baik.
Lebih baik dalam hal apapun, agama, karir, cita-cita. Dan utamanya, keseimbangan jiwa adalah misteri satu yang tidak bisa di raih tanpa seseorang di samping kamu. Untuk menjadi lebih baik. Lebih baik dari masa sebelumnya.
Nayla melingkarkan syalnya di cuaca Jepang yang mulai berangin. Ia menatap langit disneyland sekali lagi. Matanya berkisar ke sekeliling turis yg beberapa dari Indonesia.
Ia kembali ke MariaCosta Hotel, mengepak barang dan mengirim email ke bosnya. Sudah sebulan berada di sini untuk sebuah tugas, dan ia sudah seharusnya pulang ke Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment