Jan 31, 2017

How to teach a manly boy

Diposkan oleh nitahakeem di 1:40:00 AM 0 komentar
I was wondering... why do my dad waiting for baby boy for a long time...

Pada dasarnya aku paham betapa berharganya anak lelaki di dunia ini sbg penerus. Yah, sebagai penerus utama, sedangkan wanita sbg sosok supporting.

Aku memahami bagaimana lelaki sebegitunya dibanggakan di keluarga. Utamanya di keluarga batak, tapi ah.. sepertinya di Jawa pun begitu, di semua ras pun begitu.

Tapi, tidak semua ibu bisa mendidik anak lelakinya.

Mendidik anak lelakinya utk benar bekerja, utk bertutur kata baik, utk beraktifitas dg supportive, utk bersaing dg dunia, dan utk berbesar hati.

Was my parents, who i saw that they're not really teach my little brother to be future man.
Terkadang mempunyai anak lelaki membuat orgtua bermanja dg kebebasannya.

Knp aku bilang bebas? Orangtua dg mudah percaya kalau anak laki2nya keluar siang, pulang malam atau keluar pergi keluar pergi... like there is nothing wrong with that.

Berbeda dg anak wanita , yg selalu dikontrol, dijaga, diberi doktrin keras utk menjaga diri, diajarin bekerja rumahan, etc...

Too much gap. Too much unfair.

"Punya anak cewe itu kayak telur di ujung tanduk." Itu yg tante aku katakan saat aku kabur krn diatur2 mama ketika abg, ga bole keluar malem dan lain2.

Saat itu aku menyadari, betapa kekhawatiran mama sangat besar ketika aku melangkah keluar dari rumah. Kekhawatiran spt ketika kita mencintai seseorang dan takut dia selingkuh. Sebegitu posesif. Tapi ini berbeda, mama takut anak perempuannya diapa2in orang, dibegimanain, diisengin, kecelakaan, dan berbagai macam lainnya.

and thats why, aku tumbuh menjadi wanita yg tidak mau membuat mama kawatir. Karena ternyata ga enak punya anak perempuan. Ada beban di pundaknya, ada rasa sedih pergi dari rumah.

Tapi aku tumbuh sbg anak perempuan yg ga feminin, yg suka keluar rumah tanpa ijin, main, nginep rumah temen, bosen di rumah.

Yg suka naik angkot meski diikutin anter jemput, suka kumpul sama anak2 kampung yg bikin aku penasaran kehidupannya gimana, sama sekali ga tertarik sama kekayaan, lebih tertarik sesuatu yg kotor dan hal baru.

Hahaha.. weird, tapi mungkin karena papa pengen punya anak pertama cowo, yg keluar cewe dg sifat cowok.

Punya anak cewe itu mengkhawatirkan, tapi tidak lantas anak cowo juga tidak mengkhawatirkan.

Mendidik cewe relatif lebih mudah drpd cowo, mereka cenderung cepat paham apa mau orangtuanya, tapi cowo mungkin dia di usia tertentu punya ego yg akan menentang semua rules di depannya.

Karenanya ketika punya anak cowo, orangtua cenderung membebaskan, ketika ia keluar dari rumah, doa orangtua simple, anak cowonya ga kecelakaan, ga sampai trjadi hal2 yg membuat nyawanya melayang.

Beda dg ketika anak perempuan keluar rumah, beribu doa dipanjatkan dari A sampai Z kejahatan yg jgn sampai terjadi.

Karena perempuan pegang martabat dia, as long as dia mau jaga, kecuali dia ga mau jaga lagi. *i said bout virginity*

Iya itu, cinta sesama saja bisa melenakan, apalagi cinta orangtua ke anaknya...

Kadang aku ga paham sama wanita2 dluar sana yg ga satu prinsip sama aku
"Kok mereka bisa ngasih hal2 ke orang lain, berkali2, yg seharusnya dia kasih buat suami yg nanti paling dicintainya? as long as she believe that marriage is the way of happines?"

Tapi yah,  Mungkin sama kali ya pikiran itu seperti cewe2 berjilbab yg lihat cewe2 ga berjilbab berkeliaran, "kok mereka ga jilbaban si? ga takut dosa?"

Ga akan ketemu, krn prinsip itu given dari Tuhan. Dan kadang, lingkungan jg mempengaruhi.

Pun seorang lelaki, di dunia ini lelaki yg bisa menjaga dirinya juga sedikit. Tapi yg bisa menjaga diri sblm menikah, lalu stlh menikah mendadak tolol juga ada.
Hahahaha.
Banyak sih. *mendadak melirik fakta2 yg ada*

I disagree of freesex anyway.

Seseorang lelaki pernah berkata sama aku,"I dont deserve a beautiful marriage, but at least i try to make this good for my first wife, at least but not last, i'm trying my best to be so much careful."

Punya anak laki2 menjadi berat ketika seorang ibu berekspektasi menjadikan anaknya sehebat raja.

Tapi kalau aku, aku ga peduli passion anak aku nanti apa, di dunia mana dia akan berkarir, bagaimana dia mengatur hidupnya, aku cuma ingin menanamkan bagaimana dia menghargai ketulusan.

Oke, ini terdengar chessy, terdengar cengeng.

I just need him/her get the point , dia mencari pasangan hidup yg mencintainya setulus orangtuanya (meski itu ga mungkin) tapi aku ingin dia memastikan saat dia memilih, disitulah.... disitulah dia memberi semuanya... lelaki ataupun perempuan.

Berikan apa yg kamu punya, apa yg kamu bisa kepada orang yg tulus kepada kamu. Karena setiap orang berhak mendapat yg pertama, dari orang yg tulus sama dia.

Bukan orang yg dia cinta. Karena cinta bisa didapat dimana saja.

Beberapa cinta terlihat asli, tapi ternyata expired.

Tapi tulus, kamu bahkan gabisa temukan di tong sampah. Tulus nyarinya harus mengais diantara jerami, yg memertahannya butuh effort lama.

Sincere has no expired.

Oh, i'm not saying that married need virginity.
Nope. Menikah tidak sesimpel itu. Bukan utk membuktikan itu. Relatioship not working with virginity.
I just wanna say, dont dissapoint your lovers just because you re too fool to give your first thing to other people who have no big sincere for you."


For me, "Life is starting from teaching a baby boy."
I unsure my way will be right, my thought will be bright, but at least, i try.

I try.


xoxo, pardon my selfi, nitahakeem

Sent from my iPhone
 

**Gregarious Angel** Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea